Cegah Risiko Hipoglikemia dengan Mengontrol Kadar Gula Darah

Kamis, 02 Mei 2019 - 09:23 WIB
Cegah Risiko Hipoglikemia dengan Mengontrol Kadar Gula Darah
Cegah Risiko Hipoglikemia dengan Mengontrol Kadar Gula Darah
A A A
Hipoglikemia bisa menjadi ancaman bagi para pasien diabetes tipe 2. Dimana risiko ini meningkat hingga 7,5 kali lipat sepanjang bulan Ramadhan. Hipoglikemia adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar gula dalam darah berada di bawah normal, yaitu kurang dari 70 mg/dL.

Gejala hipoglikemia sendiri adalah jantung berdebar, gemetar, kelaparan, keringat dingin, cemas, lemas, kesulitan mengontrol emosi dan konsentrasi, serta kebingungan. Pada tahap berat (kadar glukosa <50mg/dL) pasien dapat kehilangan kesadaran, kejang, koma, gangguan fungsi pembuluh darah hingga kontraksi detak jantung yang berujung pada kematian.

Hasil studi EPIDIAR pada tahun 2001 di 13 negara dengan populasi muslim yang besar, dengan sample sebanyak 12.914 orang menunjukkan setidaknya 79% dari sample tersebut menjalani ibadah puasa saat Ramadhan.

Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD mengatakan, selama Ramadhan, terjadi peningkatan insiden hipoglikemia yang signifikan pada pasien diabetes tipe 2.

Hal ini dikarenakan pasien mengalami kekurangan zat gula dari makanan yang dicerna dan diserap, sehingga kadar gula dalam tubuh menurun secara drastis. "Oleh karena itu, sebelum menjalani puasa, penting bagi pasien diabetes tipe 2 melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi manajemen puasa yang tepat dan meminimalisir risiko hipoglikemia," bebernya dalam diskusi media yang diadakan Merck Sharp & Dohme.

Ia juga menekankan, penting bagi pasien diabetes tipe 2 untuk mengontrol kadar gula darah agar ibadah puasa dapat berjalan baik. Masih dalam rangka mencegah hipoglikemia, pasien diabetes dianjurkan untuk menjalankan pola diet seimbang; aktif beraktivitas fisik; rutin memantau kadar gula darah secara berkala; serta melakukan perubahan pengobatan yang memicu pelepasan insulin secara berlebihan.

Prof. Ketut mengingatkan, hipoglikemia bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kejang dan hilang kesadaran. Berdasarkan studi Aravind SR pada tahun 2011 dengan metode observasional menunjukkan, 20% dari 1.378 pasien diabetes mengalami hipoglikemia selama mengonsumsi sulfonilurea pada bulan puasa.

Studi tersebut kemudian dilanjutkan pada tahun 2012, di mana Aravind melakukan perbandingan konsumsi kelas terapi DPP4i dengan sulfonilurea. Hasil studi menunjukkan penggunaan kelas terapi DPP4i pada pasien diabetes tipe 2 terbukti menurunkan risiko hipoglikemia sampai dengan 50% dibandingkan dengan sulfonilurea.

Lebih jauh, berdasarkan survei yang diadakan oleh Merck Sharp & Dohme (MSD), 73% dokter setuju bahwa faktor budaya seperti puasa dapat mempengaruhi kendali kadar gula darah pasien diabetes tipe 2. Melihat hal ini, MSD berkomitmen mendukung kelancaran ibadah puasa para pasien diabetes tipe 2 dengan melakukan serangkaian kegiatan edukasi melalui media dan blogger.

"Kegiatan edukasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap risiko hipoglikemia dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya," tutur Medical Affairs Director Indonesia dr. Suria Nataatmadja.

Perhatikan Asupan Makanan

Dalam mengendalikan kadar gula darah dan mencegah hipoglikemia, pasien diabetes tipe 2 dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang melepaskan energi secara lambat seperti biji-bijian, beras merah, produk susu rendah lemak dan kacang-kacangan saat sahur dan buka puasa.

Serta sebisa mungkin menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi. Pasien juga disarankan untuk meningkatkan asupan cairan selama jam tidak berpuasa; serta yang terpenting mengunjungi dokter untuk mendapatkan rekomendasi manajemen diabetes selama bulan puasa.

Di kesempatan terpisah, dr. Wismandari Wisnu, SpPD K-EMD, FINASIM, Division Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM FKUI mengatakan, pasien harus tahu kapan saatnya membatalkan puasa. Semua pasien diabetes sebaiknya batalkan puasa jika gula darah <70mg/dl atau >300mg/dl. Waspadai jika terdapat gejala hipoglikemia atau hiperglikemia-gula, dehidrasi, dan penyakit akut.

"Kalau sudah begini harus segera buka jangan pikir tanggung malah bisa berakibat fatal," tegasnya. Perlu diingat, jika berpuasa pada tahun ini aman, tidak berarti puasa di tahun berikutnya akan memiliki risiko yang sama. "Mengingat diabetes adalah penyakit yang progresif," pungkas dr. Wismandari.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4755 seconds (0.1#10.140)